TUJUAN HIDUP

RUBRIK AKIDAH TUJUAN HIDUP Oleh: Abdullah (Mahasiswa Ma'had Ali Al-Imam Asy-Syafii Jember) Sesungguhnya pujian hanya milik Allah. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah, keluarga beliau dan orang-orang yang mengikuti beliau. Para pembaca yang budiman, semoga Allah Ta'ala senantiasa membimbing dan memberi taufiq kepada kita untuk dapat mentaati-Nya. Sesungguhnya kehidupan kita di alam ini hanyalah sementara, tidak kekal selamanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.” (QS. Al-Ankabut: 57) dan “Hanya kepada-Nya kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar.” (QS. Yunus: 4). Dan keberadaan kita di dunia ini bukanlah untuk kesia-siaan, bukan pula tiada guna atau tanpa tujuan. Kita diciptakan bukan hanya sekedar untuk hidup dan bernafas, kemudian menikmatinya hingga datang ajal menjemput lalu kita mati seperti matinya makhluk yang tiada diperhitungkan setiap perbuatan yang dilakukan. Bukan !!.. Bukanlah demikian!!. Allah Jalla wa „Ala berfirman yang artinya: “Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (setelah ia diciptakan)?” (QS. Al-Qiyamah: 36). Dan “Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian hanya untuk kesia-siaan dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami (untuk diminta pertanggungjawaban)”. (QS.Al-Mukminun: 115). Sungguh, kita ada dan hidup di dunia adalah untuk sebuah tugas yang mulia, untuk tujuan yang agung, mengemban amanat ilahi yang suci. Tugas dan tujuan tersebut adalah beramal dan amal yang paling utama adalah TAUHID; yaitu mentauhidkan Allah Ta'ala dengan beribadah dan menyembah hanya kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya. Allah Tabaroka Wa Ta'ala berfirman yang artinya: “Dan tidakklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah (beribadah hanya) kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzaariyat: 56). Syaikh Muhammad At-Tamimi berkata tentang tafsir penggalan akhir ayat tersebut dalam kitab “Al-Ushul Ats-Tsalatsah”, yang artinya: “Makna „Menyembah (beribadah)‟ adalah bertauhid.” Beliau juga berkata, ”Perintah Allah yang paling agung adalah TAUHID; yaitu mengesakan (menunggalkan) Allah Ta'ala dengan beribadah (menyembah hanya kepada-Nya), sementara larangan Allah yang paling besar adalah SYIRIK; yaitu menyembah (beribadah) kepada selain Allah Ta'ala bersama dengan penyembahannya kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala yang artinya: ”Dan sembahlah Allah, dan janganlah berbuat syirik kepada-Nya”. (QS. An-Nisaa: 36)”. Dan ulama menyebutkan makna ibadah sebagai berikut: “Ibadah adalah sebuah istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah berupa perkataan dan perbuatan, yang lahir maupun yang batin”. Makna Tauhid Mari sejenak kita mengenal dan membahas sedikit tentang makna tauhid. Dari sisi bahasa Arab kata Tauhid merupakan akar kata dari kata Wahhada – Yuwahhidu - Tauhidan, maknanya adalah menjadikan sesuatu tetap satu (tunggal). Sedangkan menurut istilah syar’i, tauhid bermakna: mengesakan dan menunggalkan Allah Ta'ala di dalam perbuatan-perbuatan-Nya, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya, menetapkan bagi-Nya Nama-nama yang indah dan Sifat-sifat yang tinggi lagi mulia, serta mensucikan-Nya dari segala aib, cacat dan kekurangan. Inilah makna tauhid yang benar dan lurus menurut Ahlus-Sunnah Wal-Jama’ah. Tauhid juga bermakna IKHLAS; yaitu mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala. Oleh karena itu, Kalimat Ikhlas yaitu “LAA ILAAHA ILLALLOH” dikenal juga dengan sebutan Kalimat Tauhid. Pentingnya Tauhid Untuk mengetahui secara gamblang akan pentingnya sesuatu maka hal itu bisa dilakukan dengan mengetahui nilai manfaat sesuatu tersebut. Demikian pula dengan melihat kedudukan dan keutamaannya, maka sesuatu tersebut akan tampak bernilai dan berharga serta terasa begitu penting.

Allah Ta'ala telah menjelaskan tauhid di dalam kitab-Nya yang agung dan nabi-Nya pun sudah menjabarkannya dalam sunnahnya yang mulia, baik dengan sabdanya maupun dengan amal nyata. Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan: “Sesungguhnya seluruh (ayat) Al-Quran 2

adakalanya (mengandung) kabar berita tentang Allah; yaitu tentang nama dan sifat-Nya, dan tentang perbuatan serta perkataan-Nya. Inilah yang disebut dengan Tauhid Ilmi Khobari. Adakalanya pula (AlQuran mengandung) ajakan/dakwah untuk beribadah kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya dan (untuk) meninggalkan sesembahan selain-Nya. Ini dinamakan Tauhid Irodi Tholabi. Dan kadangkala (Al-Quran mencakup) perintah dan larangan (Allah) serta kewajiban mentaati-Nya (di dalam) perintah dan larangan-Nya tersebut. Ini adalah hak dan penyempurna tauhid. Kadangkala pula (Al-Quran berisikan) kabar berita tentang pemuliaan terhadap orang-orang yang bertauhid berupa ganjaran baik yang mereka terima di dunia dan kemuliaan yang mereka raih di akhirat. Ini merupakan balasan/pahala tauhid. (Dan Al-Quran juga menjelaskan) kabar berita tentang pelaku kesyirikan, hukuman apa saja yang akan ditimpakan kepada mereka di dunia dan siksa azab yang akan mereka rasakan di akhirat. Inilah balasan orang-orang yang keluar dari hukum tauhid”.(Fathul Majid). Kedudukan Tauhid Berikut ini sekelumit penjelasan tentang kedudukan tauhid yang disertai dengan dalil-dalil dari Al-Quran da hadits. 1. Sesungguhnya tauhid adalah tugas dan misi dakwah seluruh para rasul. Allah Ta'ala berfirman yang artinya: “Dan sungguh Kami telah mengutus rasul di setiap umat (untuk mendakwahkan); “Sembahlah Allah dan jauhilah thoghut (sesembahan selain Allah)”. (QS. An-Nahl: 36). 2. Tauhid merupakan perintah pertama dari Allah yang terdapat di dalam Al-Quran dan perintah tersebut tertuju kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 21 yang artinya: “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa”. (QS.Al-Baqoroh:21) 3. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam memulai dakwahnya dengan tauhid. Ini dibuktikan di dalam sejarah kehidupan beliau. Beliau mendakwahi manusia untuk mentauhidkan Allah Ta'ala selama 13 tahun di Mekah setelah beliau diutus sebagai rasul. Allah Ta'ala berfirman yang artinya: “Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! (1). Bangkitlah dan berilah peringatan (kepada manusia)! (2). Dan agungkanlah Tuhanmu! (3)”. (QS.Al-Muddatstsir: 1-3). Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah menyebutkan tafsir ayat ke-2 dan ke-3: “Makna „Bangkitlah dan berilah peringatan‟ adalah (Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam) memberi peringatan (kepada manusia untuk berlepas diri) dari kesyirikan. (Dan makna) „Agungkanlah Tuhanmu‟ yaitu agungkanlah Dia dengan mentauhidkan-Nya”. 4. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam juga memerintahkan shahabat beliau untuk memulai dakwah dengan tauhid sebagaimana perintah beliau kepada Mu’adz bin Jabal tatkala beliau mengirimnya ke negeri Yaman sebagai juru dakwah. Beliau berkata, ”Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maka jadikan awal mula yang kau dakwahkan adalah syahadat laa ilaha illallah (kalimat tauhid)”. Dalam riwayat lain disebutkan: “(adalah dakwah) agar mereka mentauhidkan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim) 5. Allah Ta'ala menciptakan jin dan manusia untuk tujuan tauhid. Allah Ta'ala berfirman yang artinya: “Dan tidakklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah (beribadah hanya) kepada-Ku”. (QS. Adz-Dzaariyat: 56) 6. Dan untuk tujuan tauhid pula Allah Jalla Wa „Ala mengutus para rasul dan menurunkan kitab. Dia berfirman yang artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasulpun sebelummu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Aku. Maka sembahlah Aku”. (QS.Al-Anbiya: 25). Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan kebenaran, maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya”. (QS. Az-Zumar:2) 7. Tauhid merupakan hak Allah yang agung atas hamba-Nya. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka beribadah (menyembah hanya) kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”. (HR.Bukhari dan Muslim) 3

8. Dan tauhid adalah salah satu dari dua syarat yang mendasar agar amalnya diterima di sisi Allah Ta'ala. Dia berfirman yang artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan rasul-rasul sebelummu (yaitu): ‟Jika kamu berbuat syirik maka terhapuslah amalmu dan kamu termasuk orang-orang yang rugi”. (QS.Az-Zumar: 65) Keutamaan Tauhid Di antara keutamaan tauhid yang diraih oleh orang-orang yang merealisasikannya dengan dilandasi dalil Al-Quran dan hadits adalah : 1. Dengan bertauhid dan berlepas diri dari kesyirikan, seseorang akan mendapatkan ampunan dari Allah Ta'ala. Dia berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa kesyirikan kepada-Nya namun mengampuni dosa di bawah (derajat) kesyirikan bagi orang yang dikehendaki-Nya”. (QS. An-Nisa: 48) 2. Allah Ta'ala memberikan janji kepada orang-orang yang bertauhid dan menjauhi kesyirikan berupa kekuasaan di muka bumi, keteguhan dalam beragama, dan keamanan bagi mereka. Allah Jalla wa „Ala berfirman yang artinya: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian dan yang beramal sholeh bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai, dan Dia sungguh akan menggantikan bagi mereka rasa takut menjadi rasa aman, (dengan syarat) mereka hanya menyembah-Ku tanpa berbuat syirik kepada-Ku sedikitpun. Barangsiapa yang kafir setelah itu maka merekalah orang-orang yang fasiq”.(QS.An-Nur: 55) 3. Orang yang bertauhid dan menghindari kesyirikan adalah orang yang mendapat bimbingan dan hidayah dari Allah Ta'ala. Dia berfirman yang artinya: “Orang-orang yang beriman (bertauhid) dan tidak mengotori iman (tauhid)nya dengan kezaliman (yaitu kesyirikan), maka mereka memperoleh keamanan dan merekalah orang-orang yang diberi petunjuk (hidayah)”. (QS. Al-An’am: 82) 4. Tauhid merupakan sebab masuknya sesorang ke dalam surga. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang mati dalam keadaan ia mengilmui (mengetahui dan mengamalkan tuntutan) „laa ilaha illallah‟ (bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah) pasti masuk surga (HR. Muslim) 5. Orang yang bertauhid akan meraih keberuntungan yang hakiki di dunia maupun di akhirat kelak. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Wahai manusia ucapkanlah „laa ilaha illallah‟ (disertai dengan melaksanakan tuntutannya) niscaya kalian akan beruntung”.(HR. Ahmad dan Thabrani) 6. Tauhid seseorang mampu menghalanginya dari masuk ke dalam neraka atau kekal di dalamnya. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sesungguhnya Allah mengharamkan (menghalangi) untuk masuk neraka bagi orang yang menyatakan „laa ilaha illalloh‟ dengan ikhlas hanya mengharap wajah Allah”.(HR. Bukhari dan Muslim) Akhirnya, kita mengharap kepada Allah Ta'ala agar Dia menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang mentauhidkan-Nya dan memberikan kekuatan kepada kita untuk melepaskan diri, keluarga dan masyarakat dari kesyirikan. Wa shollallohu „alaa nabiyyinaa Muhammad wa „alaa aalihi wa ashhaabihi ajma‟iin. Wassalaamu‟alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Bahkan seluruh ayat Al-Quran berbicara seputar tauhid, hak-haknya dan balasan bagi para pelakunya. AlQuran juga berbicara tentang syirik, para pelakunya dan balasan bagi mereka 5. Kalimat tauhid merupakan ucapan pertama yang membawa seorang kafir masuk ke dalam Islam. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka bersyahadat laa ilaha illallah dan (bersyahadat) Muhammad Rasulullah”. (HR. Bukhari dan Muslim). Demikian pula kalimat tauhid adalah ucapan terakhir yang membawa pengucapnya masuk ke dalam surga. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah laa ilaha illallah, maka ia masuk surga”. (HR. Abu Dawud) 4

JENIS TAUHID Tauhid berdasarkan maknanya yang telah diterangkan diatas, terbagi menjadi tiga bagian. Yaitu : 1. Tauhid Rububiyah 2. Tauhid Uluhiyah 3. Tauhid Asma dan Sifat. InsyaALLOH penjabaran dan penjelasan ketiga jenis tauhid ini akan dimuat pada edisi- edisi bulan mendatang. Selamat menantikan. Para ulama menyatakan bahwa tauhid ketika disebutkan tanpa dikaitkan dengan kata yang lain maka tauhid tersebut adalah tauhid yang berkenaan dengan ibadah. Lebih ringkasnya disebut Tauhid Ibadah atau Tauhid Uluhiyah.

 

Related Resources

Site Info

Followers